Home » Berita » Jadi Sandwich Generation? Begini Pandangannya dalam Islam
Jadi Sandwich Generation Begini Pandangannya dalam Islam

Jadi Sandwich Generation? Begini Pandangannya dalam Islam

Belakangan ini diramaikan dengan adanya istilah sandwich generation. Bahkan hal ini turut dirasakan oleh salah satu selebriti ternama di tanah air. Pengakuannya di depan media yang harus membiayai 50 anggota keluarga, sontak menjadi perhatian para netizen. Dikatakan pula akibat menjadi sandwich generation, selebriti tersebut kini menderita penyakit yang serius (Kompas, 2023).

Jadi Sandwich Generation Begini Pandangannya dalam Islam

Mendengar hal tersebut, tentu menjadi sebuah tanda tanya “apa sebenarnya sandwich generation?”. Sandwich generation atau generasi sandwich merupakan individu berusia produktif yang memiliki peran ganda, yakni bertanggung jawab pada generasi di bawahnya (anak) dan generasi di atasnya (orang tua) (Rari dkk., 2022).

Posisi di antara dua generasi tersebut yang menjadikan seseorang diibaratkan seperti sandwich. Ada banyak teori yang mengakibatkan munculnya sandwich generation, salah satu penyebab yang paling sering adalah kurangnya pengetahuan generasi sebelumnya terkait pengelolaan keuangan dan persiapan untuk hari tua (Djamhari dkk., 2021).

Akibat menjadi sandwich generation, membuat seseorang memiliki tanggungan yang lebih besar dibandingkan non-sandwich generation. Karena jumlah tanggungan keluarga yang lebih besar, sandwich generation menjadi memiliki beban pengeluaran yang lebih tinggi dan waktu luang yang sedikit. Inilah yang dirasakan oleh selebriti ternama di tanah air.

Padahal, berdasarkan Teori Standar Ekonomi, kebahagiaan individu berangkat dari kepuasan yang dipengaruhi oleh pendapatan dan waktu luang (Varian, 2010). Apabila keduanya tidak terpenuhi dengan baik, maka akan berdampak buruk kepada kondisi kesehatan. Lalu, bagaimana pandangan Islam terhadap sandwich generation? Dalam Islam, sandwich generation tidak melulu menjadi beban bahkan bisa menjadi berkah.

Apalagi, jika hal ini terkait orang tua yang sering dianggap sebagai beban. Bahkan bisa membuat hidup menjadi berkah. Di dalam Islam terdapat anjuran birrul walidain, salah satu perintah Allah Swt untuk terus berbakti kepada orang tua (Muslim.or.id, 2022).

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua” (QS. An Nisa: 36).

Berdasarkan firman Allah Swt tersebut, dapat kita ketahui birrul walidain bukan hanya sekadar anjuran saja, namun merupakan perintah dari Allah dan Rasul-Nya, sehingga hukumnya wajib. Islam sangat menghargai seorang hamba yang berjuang keras untuk menafkahi keluarganya. Bersyukur memang bukan hal yang mudah, apalagi jika seolah-olah dipaksa bekerja kerjas untuk memenuhi tanggung jawab sebagai sandwich generation (Islami.co, 2021).

Berbakti kepada orang tua merupakan sebuah keharusan, begitu pula kepada anak yang biaya hidupnya masih ditanggung penuh. Lalu, bagaimana jika terdapat anggota keluarga yang menitipkan hidupnya kepada keluarga lainnya? Bayangkan jika berada di kondisi seperti ini, memiliki gaji yang kecil, harus membiayai orang tua, menafkahi anak, menghidupi keluarga yang lainnya, dan tiba-tiba semua pendapatan habis.

Oleh karena itu, Islam sangat menganjurkan bagi tiap-tiap hambanya untuk mempunyai ekonomi yang kuat. Tidak serta-merta menyandarkan dirinya kepada keluarga yang lain. Sebagai seorang muslim dituntut untuk terus berikhtiar dalam segala hal, terlebih dalam ekonomi. Tidak ada yang namanya terlambat, jika mengikuti perencanaan keuangan, seseorang bisa keluar dari sandwich generation.

Pertama, cobalah untuk merencanakan keuangan. Hal ini terlihat sepele tetapi akan memiliki dampak yang besar. Bisa dimulai dengan membagi pos pengeluaran, misalnya 40% untuk kebutuhan keluarga, 25% kebutuhan pribadi, dan sisakan 10% untuk ditabung atau diinvestasikan. Jangan lupa untuk berbagi ya, agar merencanakan keuangan bisa semakin berkah.

Kedua, berinvestasi. Jika ingin memiliki perencanaan keuangan yang matang di masa depan, maka investasi menjadi jawabannya. Kamu tidak harus langsung membeli saham perusahaan-perusahaan besar. Bisa dimulai dari yang terkecil, seperti menyimpan emas.

Ketiga, hindari berhutang. Meminjam uang kepada orang lain merupakan langkah yang salah untuk menambah pemasukan. Malah, akan membuat kewalahan untuk membayar hutang tersebut.

Teruslah untuk tetap bersyukur dan optimis atas segala ikhtiar yang dilakukan, bahwa segala yang dialami tentu ada hikmahnya. Allah Swt tidak akan menguji hamba-Nya diluar dari batas kemampuan. Maka dari itu, terus siapkan diri untuk keluar dari jeratan sandwich generation.

Sumber:

Djamhari, E.A., Layyinah, A., dan Ramdlaningrum, H. 2021. Sejahtera di Masa Lansia: Aspirasi Bantuan Iuran Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Prakarsa Policy Brief. hal. 1-4.

Putri, M., Maulida, A., Husna, F. 2022. Urgensi Literasi Keuangan Bagi Generasi Sandwich di Aceh. At-Tasyri’ Jurnal Ilmiah Prodi Muamalah. 14(02), hal. 19-26.

Rari, P.F., Jamalludin, Nurokhmah, P. 2022. Perbandingan Tingkat Kebahagiaan Antara Generasi Sandwich dan Non-Generasi Sandwich. Jurnal Litbang Sukowati: Media Penelitian dan Pengembangan. 6(01), hal. 1-13.

Varian, H. R. 2010. Intermediate Microeconomics-a Modern Approach (J. Repcheck (ed.); 8th ed.). W. W. Norton & Company.

https://islami.co/alasan-jadi-generasi-sandwich-dalam-islam-belum-tentu-berkah/https://kompas.tv/article/211189/menjadi-generasi-sandwich-dalam-islam-berkah-atau-bebanhttps://lifestyle.kompas.com/read/2023/02/08/180000320/nunung-biayai-50-anggota-keluarga-gambaran-beban-sandwich-generationhttps://muslim.or.id/47127-perintah-untuk-birrul-walidain.html