Penulis: Marviarum Eka Ramdiati
Menurut data statistik di BPS rata-rata pada tahun 2012-2015 terdapat 2.142.216 (Dua Juta Seratus Empat Puluh Dua Ribu Dua Ratus Enam Belas) pasangan menikah dalam setahun dan rata-rata 340.555 (Tiga Ratus Empat Puluh Ribu Lima Ratus Lima Puluh Lima) kasus pasangan bercerai. Angka perceraian ini sangat tinggi yaitu sebanyak 16 % dari pernikahan. Dari 6 pasangan yang menikah 1 pasangan lainya bercerai. Dan salah satu alasan perceraian adalah faktor ekonomi.
Beberapa cara yang dilakukan pasangan suami-istri untuk menghindari perceraian adalah dengan saling pengertian, saling menghormati dan saling menghargai. Bagaimanapun juga, perempuan sebagai istri meskipun bekerja tetap menghormati dan menghargai suami sebagai kepala rumah tangga. Suami meskipun pendapatan lebih kecil dari istri tetap bertanggung jawab terhadap nafkah dan mengayomi anggota keluarga.
Saat ini merupakan hal yang biasa suami dan istri sama-sama bekerja dan berkarir di luar rumah. Salah satu alasannya adalah semakin tingginya biaya hidup sehingga pendapatan suami sudah tidak bisa mencukupi semua kebutuhan keluarga. Selain itu karena adanya emansipasi terhadap perempuan untuk aktualisasi diri dengan bekerja. Tetapi bagaimana apabila ketika istri bekerja, pendapatan istri lebih besar dari pendapatan suami? Apabila keadaan ini tidak disikapi dengan baik akan dapat menimbulkan perselisihan dan merusak keharmonisan dalam keluarga yang berujung pada perceraian.
Berikut ini ada tips yang bisa dilakukan untuk tetap menjaga keharmonisan keluarga meskipun pendapatan istri lebih besar dari pendapatan suami.
Pertama, Saling Terbuka
Berapa pun pendapatan yang diterima maupun pengeluaran yang digunakan baik pengeluaran untuk pribadi maupun untuk kebutuhan bersama atau keluarga, terbukalah terhadap pasangan. Baik istri terhadap suami maupun suami terhadap istri. Dengan saling terbuka, maka kompromi dan kesepakatan terhadap alokasi anggaran pendapatan akan lancar, menimbulkan rasa nyaman dan saling percaya.
Apabila saling terbuka tidak bisa diciptakan maka dari masing-masing individu akan berbohong terhadap pasangan. Hal ini tentunya akan menciptakan rasa tidak nyaman, curiga yang menimbulkan konflik dan dapat berujung pada perceraian.
Kedua, Kompromi berbagi Peran terhadap Gaji
Lakukan kompromi atau diskusi dengan pasangan terhadap pengalokasian pendapatan. Meskipun gaji istri lebih besar dari suami, sebaiknya suami tetap mengambil peran dan tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga untuk membiayai kebutuhan pokok keluarga. Seperti, memberi uang belanja bulanan kepada istri, membayar cicilan rumah tinggal, membayar uang sekolah anak dan membayar tagihan listrik. Apabila gaji suami kurang baru istri dapat menambahkan gajinya untuk mencukupi kebutuhan pokok. Sedangkan gaji istri dialokasikan untuk kebutuhan yang sifatnya penunjang seperti biaya liburan, pakaian investasi dan asuransi untuk masa depan.
Ketiga, Membuat Rekening Operasional Keluarga
Alternatif lain bisa dengan membuka rekening khusus operasional rumah tangga bersama. Setiap mendapatkan penghasilan suami dan istri sama-sama mengisi rekening tersebut. Jumlah berapa yang diisi secara rutin disepakati secara bersama. Rekening tersebut kemudian digunakan untuk membiayai semua kebutuhan rumah tangga.
Semoga bermanfaat. Be Smart, wealthy today and Achieve financial freedom
Penulis: Marviarum Eka Ramdiati